Inovasi Pembelajaran Matematika Kreatif APIQ
Bila kita mengacu kepada teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner maka jawaban dari pertanyaan di atas adalah tidak tunggal. Masing-masing orang memiliki ragam kecerdasan yang mungkin berbeda. Sehingga cara belajar matematika yang tepat bagi mereka juga berbeda-beda. (Baca Ummah, Khairul., Mahayana, Dimitri., dan Nggermanto, Agus. 2003. SEPIA: Lima Kecerdasan Utama untuk Meraih Bahagia dan Sukses)
APIQ mempelajari berbagai macam cara belajar matematika yang tepat kemudian meramunya kembali menjadi sebuah pendekatan terpadu. Dalam istilah teori pembelajaran mutakhir, pendekatan APIQ ini dikenal sebagai blended learning. (Baca Wikipedia dengan kata kunci “blended learning”.) Lebih jauh lagi, APIQ menguji konsep ini dengan realitas lapangan di Indonesia. Proses dan hasil pengujian ini menjadi masukan bagi APIQ untuk menyempurnakan pendekatan APIQ. Prahalad menyebut proses ini sebagai ko-kreasi – berkreasi bersama-sama. (Baca Prahalad, C. K., and Ramaswamy, Venkat. 2004. The Future of Competition.)
Berikut ini adalah berbagai macam alternatif pendekatan pembelajaran matematika.
Metode tradisional. Seperti umum kita lihat, metode ini mengajarkan matematika sebagai ilmu pasti – yang paling pasti di antara ilmu pasti yang lain. Kebenaran matematika tidak perlu dipertanyakan lagi. Jadi matematika seperti doktrin. Bagaimana mungkin anak-anak kita akan menyukainya?
Metode mendorong. Karena memang tidak selalu mudah memahami konsep matematika secara benar, beberapa pendidik menyuruh para siswa menghafal matematika. Beri siswa sebanyak-banyaknya materi. Suruh untuk menghafal. Paham atau tidak urusan lain. Bagi seorang guru SD, apakah mudah memahami konsep matematika? Apakah guru SD mendapat fasilitas khusus untuk memahami matematika? Bukankah guru SD adalah guru umum? Menghafal adalah jalan pintas. Tetapi menghafal matematika adalah tugas yang amat berat.
Metode latihan. Siswa mendapat latihan yang berlimpah. Dengan pengulangan latihan, secara bertahap anak-anak akan mulai memahami konsep matematika di balik latihan itu. Menurut saya cara ini bagus. Tetapi bagaimana seorang guru dapat menyusun latihan-latihan yang terstruktur untuk memahami konsep matematika? Butuh investasi waktu, biaya, dan keahlian khusus. Jika pemerintah (Diknas) akan menempuh jalan ini, saya setuju. LKS (lembar kerja siswa), tampaknya, mengambil metode ini. Tetapi saya belum pernah melihat LKS yang memiliki konsep pembelajaran matematika yang bagus.
Metode pemecahan masalah – problem solving. Para siswa menerima tantangan berupa beberapa masalah. Untuk memecahkan masalah ini, siswa memerlukan beberapa pendekatan matematis. Pendekatan ini sangat menarik dan menantang. Bila kita dapat menciptakan suasana riang maka kita akan berhasil menghadirkan matematika menjadi tantangan bagi siswa. Dalam tingkat internasional selalu ada masalah matematika yang belum terpecahkan. Yang paling berumur panjang – 300 tahun lebih – adalah pembuktian teori terakhir Fermat. Baru terbukti tahun 1995 yang lalu. Beberapa event juga mendukung pendekatan ini seperti Olimpiade Matematika Internasional.
Metode cerita. Ini metode yang sangat menarik. Teman saya yang dari Informatika ITB menyukai kalkulus karena di setiap bab buku kalkulus selalu ada sejarah singkat tokoh-tokoh kalkulus. Film Beautiful Mind menceritakan perjalanan hidup John Nash – peraih nobel, tokoh matematika - yang mengagumkan. Metode ini sangat inspirasional, sangat menakjubkan, dan menarik. Tetapi bagaimana caranya?
Metode Matematika Baru. Pembelajaran matematika yang berfokus pada konsep abstrak matematika seperti teori himpunan, fungsi, bilangan biner, dan lain-lain. Mungkin hanya orang tertentu saja yang menyukai ini. Dulu, kurikulum 1994, memasukkan matematika baru sebagai bahan ajar untuk anak tingkat SMA. Kurikulum yang sekarang, sepertinya, tidak lagi.
Metode Standard Based Mathematic. Diterapkan di Amerika dan Kanada. Dewan Pendidikan mereka menetapkan standar-standar yang perlu dicapai untuk setiap tingkatan siswa. Mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan khusus. Pembelajaran menerapkan teori konstruktivisme. Mungkin KBK dan KTSP ingin mengacu ke standar ini. Tetapi tampaknya masih jauh dari ideal.
Metode Permainan. Ini metode yang sangat efektif bagi anak-anak. Anak-anak akan menyukainya. Namanya saja permainan! Tetapi diperlukan inovasi terus-menerus bagi pendidik untuk menciptakan permainan matematika yang atraktif. APIQ banyak menggunakan metode ini.
Metode Blended Learning. Metode ini menggabungkan berbagai macam metode sehingga menghasilkan sebuah metode baru. Khususnya metode ini menggabungkan pembelajaran matematika yang memanfaatkan media digital dan teknologi mutakhir dengan metode konvensional. APIQ mengambil pendekatan blended learning ini dalam banyak aspek pembelajaran matematika kreatif.
Saya yakin masih banyak metode lain. Saya di APIQ mencoba meramu beberapa metode agar mengantarkan putra-putri kita menguasai konsep matematika secara menyenangkan. Sesuai dengan akar bahasa Yunani, matematika adalah suka belajar.
0 komentar:
Posting Komentar
Bebas yang penting sopan dan beretika.:)