puisi neee . . .
dia benci sufi,
yang menyepi di warung-warung anggur,
dengan percintaan egoistik
Kata guruku,
dia suka da'i,
karena percintaannya minhaji dan waqi'i
pekat dengan ruh haraki,
mengikuti para nabi,
mengajak manusia ke jalan illahi
Aku kurang faham,
akan kedua istilah ini,
karena ada juga da'i yang sufi,
yang selalu membersihkan diri
Ohh, Tuan Pecinta
lelah pencarian menjadi guruku,
kutahu salah mencari cinta-Mu
Wahai Tuan,
cinta-Mu adalah cahaya
dia selalu ada dan menyinari,
kental bila pintu rasa terkuak lebar
Wahai Tuan,
aku salah,
kenapa aku tak mulai membuka pintu rasa
atau berusaha agar Kau mencintaiku,
atau memulai dengan mencintai-Mu,
hanyut dalam asyadu hubbalillah,
hanyut dalam arus-Mu,
berputar dalam mihwar-Mu,
sungguh aku bodoh,
penuh dengan tak tahu
Inilah cinta: membumbung ke langit,
setiap saat mengoyak seratus cadar,
mula-mula, mengingkari hidup
akhirnya, melangkah tanpa kaki,
menganggap dunia ini tak tampak,
mengganggap sepi semua yang muncul di benak.
"O.............
Cinta telah mati,
di atas batu sana,
ketika air jatuh dari telapak
dan menciprat sajadah
di atas batu sana,
ketika hubb dan 'ikha
melebur dalam merah darah
Dan aku pun enggan menumbuhkan lagi,
meski yang bersisa hanya cinta berpamrih,
pamrihnya lebih indah dari onta merah
yang susunya tak akan diperah
Kemarin,
rumah sufi telah hangus terbakar
dan anggur percintaan tumpah berceceran
Bukan karena Sang Kekasih benci
Dia tetap di balik hijab nurrul ala nurrin
Kemarin,
rumah anggur telah hangus terbakar
dan anggur percintaan tak laku terjual
Karena cinta yang minhaji
adalah obor yang dibawa para nabi
dari Uhud melalui Thursina
bukan pada kedai-kedai sepi sepoi jihadi
0 komentar:
Posting Komentar
Bebas yang penting sopan dan beretika.:)