AKU, DIARE dan SEKOLAH-ku (RiChO From Heart)
Pertama Aku sekolah di SMP Negeri 2 Sumenep, Aku angkatan 2003-2004, Aku bangga sekolah di SMP 2 Sumenep ! Karena waktu itu SMP 2 masih sekolah terfaforit di Sumenep, sebelum SMP 1 seperti sekarang ini. Waktu itu Aku duduk di kelas Ib, yang kelasnya di utara dan paling depan setelah kelas Ia, Aku punyak banyak temen baru disana , satu persatu kita saling kenal, semua mereka anaknya asyik, care dan rasa persahabatannya sangat kuat, pokoknya semua temen – temen baik sama Aku, begitu juga dengan guru-guru disana mereka baik sama kita, apalagi mereka Profesional dalam mengajar muridnya, Aku sangat menyukai SMPN2 Sumenep.
Selama di kelas satu Aku memang sudah punyak penyakit perut (diare), entah apa yang membuatku bisa seperti itu, sebenanya bukan waktu di SMP, Aku mulai merasakan sakit itu semenjak Aku duduk dibangku Sekolah Dasar. Aku sudah merasakan sakitnya perutku. Selama itu pun masih nggak terlalu membuatku sampek nggak masuk sekolah . Aku menganggap penyakitku itu hal yang normal aja . . . !!,
Begitu Aku naik ke kelas Dua, tepatnya aku duduk di kelas IIb, Aku masih terbayang – bayang akan sakit perutku itu, penyakitkun itu sangat menggangu sekolahku. Seringkali Aku nggak masuk sekolah karena sakit perutku itu, puncaknya Aku mulai tercompang – camping sekolah setelah semester dua (awal) Aku bisa nggak masuk berhari-hari, kadang masuk 2 hari dan bisa 2 minggu berikutnya Aku nggak masuk sekolah, Aku sering membuat keluargaku termasuk Mama yang paling sakit akan kondisiku sempat kubuat susah akan penyakitku itu. Mereka sangat kuatir dengan Sekolahku yang sering Aku tinggalkan. Disatu sisi Aku ingin masuk tapi kondisikulah yang membuatku nggak bias masuk. Sampek wali kelas dan guru BP datang kerumahku, sekedar menjenguk kondisiku dan mereka memberikan dispensasi pada Aku, mereka memberikan kelonggaran kalau Aku bisa masuk ke sekolah jam berapapun, karena beliau mengerti akan kondisiku itu.
Beberapa pengobatan sudah Aku jalani, mulai dari pengobatan tradisional sudah Aku coba, dan semua dokter di Sumenep sudah perna Aku kunjungi. Itu pun hasil tidak membuatku sembuh total. Tapi Aku dan orang tuaku tetap berusaha untuk kesembuhan ku, aku sangat bersukur mempunyai orang tua seperti mereka, mereka tidak ingin melihat Aku sakit, mereka semua ingin Aku sembuh, ya . . . tentunya semua orang tua juga melakukan hal yang sama, orang tua mana yang ingin melihat anaknya sakit. Melihat perlengkapan dan sarana medis di Sumenep masih belum memadai biasa dibilang masih dibawah standart, Aku mencoba periksa di Pamekasan, pertama Aku mendatangi rumah sakit umum Pamekasan, dari hasil laboraturium ternyata aku kekurangan cairan dan Aku disuruh opname disana. Aku sangat takut mendengar kabar itu, Orangtuaku berinisiatif untuk meng-opname Aku di rumah sakit Sumenep, alhamdulilah semua itu tidak terlaksana karena ada alternative lain yang Aku coba jalanin.
Dan tak berhenti disutu, pengobatan selanjutnya Aku coba ke dr. Dana beliau spesialis penyakit dalam, beliau buka praktek di Pemekasan, aku harus bersabar menuggu giliran, karena tak sedikit pasien yang berobat disana. pemeriksaan pertama aku diambil sample darah dan urin, dan dari hasil laboraturium semua bisa diketahui. Pulangnya dari sana beliau memberikan resep obat buat Aku, segerahlah orangtuaku menebus obat itu di apotik yang masih ditempat doker Dana, ya bisa dibilang apotik itu bekerja sama dengan dr. Dana. Pemeriksaan tak kurang dari 4x, dipemeriksaan ketiga dokter menyuruh supaya Aku di ronsen, tepatnya ke dr. Sardjono Utomo, S.Rad beliau sepesialis radiology, yang sekarang sudah menjadi Dirut R.S.U di Pamekasan, lagi-lagi Aku harus menuggu giliran untuk diperiksa, karena pasiennya juga tidak sedikit. Untuk mendapatkan nomor saja itu tidak mudah, setelah bersabar menuggu akhirnya sampailah giliranku, perasaanku waktu itu campur aduk, degdegan, palagi ini yang pertama buatku dan yang paling aku takutin, hasilnya takut mengecewakan, setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar-x, alhamdulillah hasilnya baik dan tidak terjadi kerusakan didalam organ tubuh Aku.
Selanjutnya hasil laboraturium tadi diserahkan ke dr. Dana, sebagai hasil akhir dari pemeriksaan. Setelah melihat hasil pemeriksaan yang dilakukan di dr. Sarjono, kemudian dr. Dana menyimpulkan bahwa tidak ada penyakit di tubuh Aku, penyebab Aku sering saki perut atau buang air besar ternyata hanya dari perasaan Aku saja. Kata beliau Aku terlalu memikirkan hal – hal yang berat dan kurangnya sifat keterbukaan dari Aku, perasaan nggak enak itu larinya keperut. Itu yang membuat Aku sring sakit perut berkepanjangan. Ternyata semua yang dikatakan pak dokter memang terjadi padaku, memang kalau boleh jujur aku orang terlalu memikirkan sesuatu yang belum aku jalani, palagi Aku type orang yang tertutup, jadi semua perasaanku itu larinya keperut, bias disimpulkan secara dangkal sakit perutku itu bukan dari penyakit melainkan hannya perasaanku saja yang membuat seprti itu.
Di akhir pemeriksaan, selain menyerahkan resep obat beliau menyarankan agar Aku dibawak ke Psikiater di Surabaya, supaya Aku dilatih kepribadian. Mendengar kabar itu membuat aku kaget dan bingung. Jujur Aku nggak mau kalau dibawak ke Psikiater, karena aku masih normal “belom gila” itu menurut pandangan Aku. Dan terakhir dari dr.Dana menyarankan supaya Aku istirahat dulu dirumah, ya . . .! bias dibilang Aku harus nggak masuk sekolah lagi. Dari surat keterangan yang diberikan untuk sekolah, ternyata Aku harus istirahat dirumah selama lebih dari satu minggu, itu waktu yang sangat lama buatku, takutnya Aku ketinggalan materi pelajaran disekolah . . .
Baca Story… Hal 36
Selama di kelas satu Aku memang sudah punyak penyakit perut (diare), entah apa yang membuatku bisa seperti itu, sebenanya bukan waktu di SMP, Aku mulai merasakan sakit itu semenjak Aku duduk dibangku Sekolah Dasar. Aku sudah merasakan sakitnya perutku. Selama itu pun masih nggak terlalu membuatku sampek nggak masuk sekolah . Aku menganggap penyakitku itu hal yang normal aja . . . !!,
Begitu Aku naik ke kelas Dua, tepatnya aku duduk di kelas IIb, Aku masih terbayang – bayang akan sakit perutku itu, penyakitkun itu sangat menggangu sekolahku. Seringkali Aku nggak masuk sekolah karena sakit perutku itu, puncaknya Aku mulai tercompang – camping sekolah setelah semester dua (awal) Aku bisa nggak masuk berhari-hari, kadang masuk 2 hari dan bisa 2 minggu berikutnya Aku nggak masuk sekolah, Aku sering membuat keluargaku termasuk Mama yang paling sakit akan kondisiku sempat kubuat susah akan penyakitku itu. Mereka sangat kuatir dengan Sekolahku yang sering Aku tinggalkan. Disatu sisi Aku ingin masuk tapi kondisikulah yang membuatku nggak bias masuk. Sampek wali kelas dan guru BP datang kerumahku, sekedar menjenguk kondisiku dan mereka memberikan dispensasi pada Aku, mereka memberikan kelonggaran kalau Aku bisa masuk ke sekolah jam berapapun, karena beliau mengerti akan kondisiku itu.
Beberapa pengobatan sudah Aku jalani, mulai dari pengobatan tradisional sudah Aku coba, dan semua dokter di Sumenep sudah perna Aku kunjungi. Itu pun hasil tidak membuatku sembuh total. Tapi Aku dan orang tuaku tetap berusaha untuk kesembuhan ku, aku sangat bersukur mempunyai orang tua seperti mereka, mereka tidak ingin melihat Aku sakit, mereka semua ingin Aku sembuh, ya . . . tentunya semua orang tua juga melakukan hal yang sama, orang tua mana yang ingin melihat anaknya sakit. Melihat perlengkapan dan sarana medis di Sumenep masih belum memadai biasa dibilang masih dibawah standart, Aku mencoba periksa di Pamekasan, pertama Aku mendatangi rumah sakit umum Pamekasan, dari hasil laboraturium ternyata aku kekurangan cairan dan Aku disuruh opname disana. Aku sangat takut mendengar kabar itu, Orangtuaku berinisiatif untuk meng-opname Aku di rumah sakit Sumenep, alhamdulilah semua itu tidak terlaksana karena ada alternative lain yang Aku coba jalanin.
Dan tak berhenti disutu, pengobatan selanjutnya Aku coba ke dr. Dana beliau spesialis penyakit dalam, beliau buka praktek di Pemekasan, aku harus bersabar menuggu giliran, karena tak sedikit pasien yang berobat disana. pemeriksaan pertama aku diambil sample darah dan urin, dan dari hasil laboraturium semua bisa diketahui. Pulangnya dari sana beliau memberikan resep obat buat Aku, segerahlah orangtuaku menebus obat itu di apotik yang masih ditempat doker Dana, ya bisa dibilang apotik itu bekerja sama dengan dr. Dana. Pemeriksaan tak kurang dari 4x, dipemeriksaan ketiga dokter menyuruh supaya Aku di ronsen, tepatnya ke dr. Sardjono Utomo, S.Rad beliau sepesialis radiology, yang sekarang sudah menjadi Dirut R.S.U di Pamekasan, lagi-lagi Aku harus menuggu giliran untuk diperiksa, karena pasiennya juga tidak sedikit. Untuk mendapatkan nomor saja itu tidak mudah, setelah bersabar menuggu akhirnya sampailah giliranku, perasaanku waktu itu campur aduk, degdegan, palagi ini yang pertama buatku dan yang paling aku takutin, hasilnya takut mengecewakan, setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan sinar-x, alhamdulillah hasilnya baik dan tidak terjadi kerusakan didalam organ tubuh Aku.
Selanjutnya hasil laboraturium tadi diserahkan ke dr. Dana, sebagai hasil akhir dari pemeriksaan. Setelah melihat hasil pemeriksaan yang dilakukan di dr. Sarjono, kemudian dr. Dana menyimpulkan bahwa tidak ada penyakit di tubuh Aku, penyebab Aku sering saki perut atau buang air besar ternyata hanya dari perasaan Aku saja. Kata beliau Aku terlalu memikirkan hal – hal yang berat dan kurangnya sifat keterbukaan dari Aku, perasaan nggak enak itu larinya keperut. Itu yang membuat Aku sring sakit perut berkepanjangan. Ternyata semua yang dikatakan pak dokter memang terjadi padaku, memang kalau boleh jujur aku orang terlalu memikirkan sesuatu yang belum aku jalani, palagi Aku type orang yang tertutup, jadi semua perasaanku itu larinya keperut, bias disimpulkan secara dangkal sakit perutku itu bukan dari penyakit melainkan hannya perasaanku saja yang membuat seprti itu.
Di akhir pemeriksaan, selain menyerahkan resep obat beliau menyarankan agar Aku dibawak ke Psikiater di Surabaya, supaya Aku dilatih kepribadian. Mendengar kabar itu membuat aku kaget dan bingung. Jujur Aku nggak mau kalau dibawak ke Psikiater, karena aku masih normal “belom gila” itu menurut pandangan Aku. Dan terakhir dari dr.Dana menyarankan supaya Aku istirahat dulu dirumah, ya . . .! bias dibilang Aku harus nggak masuk sekolah lagi. Dari surat keterangan yang diberikan untuk sekolah, ternyata Aku harus istirahat dirumah selama lebih dari satu minggu, itu waktu yang sangat lama buatku, takutnya Aku ketinggalan materi pelajaran disekolah . . .
Baca Story… Hal 36